Suara saya habis sama sekali dalam artian sebenarnya. Saya memutuskan pulang dalam kondisi sakit, menuju rumah dan meminta izin tidak bekerja untuk pulang walau hanya beberapa jam.
Saya sampai di bandara dengan panik dan suara habis. Panik karena saya telat check in! Mau tak mau saya harus pasrah ketika tiket pesawat yang saya pesan beberapa jam sebelum saya memutuskan untuk pulang itu hangus.
Di pikiran saya saat itu, saya hanya ingin pulang, Bapak yang akan menunggu dan menjemput saya turun dari damri dengan motor dan kamar saya yang saya tinggalkan berminggu-minggu.
"Kamu dimana? bentar aku hubungi temenku, mudah-mudahan bisa ngebantu" Teman saya di makassar kemudian membantu saya mendapatkan tiket pesawat hari itu.
"Flight lain juga gapapa, yang penting bisa pulang malem ini dan ga jadi anak ilang sendirian di bandara kak"
"Aku kasih nomermu ke temenku nanti dia mungkin bisa ngebantu. Take care! Kasih kabar terus ya"
Kak siswi dan kak ima adalah orang-orang yang menyelamatkan saya dari kepanikan jadi anak ilang di bandara.
“Kita dimana?” dengan dialek bahasa makassar seseorang menghubungi saya via telepon.
"Di dekat pintu keberangkatan" ujar saya dengan suara-suara yang tersisa.
"Gimana?" suara saya tak terdengar..
Telepon terputus. Tak ada harapan.
Panggilan masuk lalu datang lagi..
"Hallo"
"Ya. Hallo"
“Kita dimana?”
Suara saya makin habis, hingga akhirnya seseorang yang menelepon saya itu ternyata ada di depan saya, hanya dibatasi oleh pagar dan ia menyadari bahwa saya adalah yang dihubunginya sedari tadi.
"Kenapa kita telat check in?” kami berjalan menuju tempat check in di bandara yang sebelumnya saya tidak diperbolehkan masuk
"Iya. Macet tadi"
Ia lantas meminta boarding pass milik saya dan membantu agar tetap bisa check in. Besok malam saya sudah harus sudah di Makassar lagi.
Makassar - Bogor 2013
*kita = kamu dalam bahasa makassar