Kereta Api ekonomi AC Majapahit membawa saya dan sarah menuju Kediri di awal tahun 2013. Perjalanan yang bahkan baru dibicarakan satu hari sebelumnya.
Memulai perjalanan dengan salah masuk gerbong kereta, naik turun tiap pemberhentian stasiun, sempat terhenti cukup lama hingga akhirnya tiba di Kediri dan bertemu dengan nina.
Kami menamai diri kami, matahari terbit. Matahari dengan impiannya masing-masing. Sarah dan nina adalah dua orang dengan watak yang berbeda yang saya kenal karena pernah terlibat di komunitas sosial di Jakarta. Beberapa hari sebelum berangkat ke Kediri. Saya dan nina sempat datang ke rumah sarah di hari ulang tahunnya. Menginap semalam dan keesokan harinya melakukan perjalanan 3 provinsi dalam satu hari.
Kediri adalah persinggahan pertama kami, beristirahat di rumah dinas ayahnya nina di PTPN XI dan memulai perjalanan dengan mengunjungi simpang lima gumul, trademark khas kota Kediri.
Hari berikutnya kami menuju wisata gunung kelud. Setiap tahunnya anak gunung ini bertambah tinggi sehingga pengunjung dilarang untuk mendekat karena faktor keamanan.
Dari Kediri, kami melanjutkan perjalanan ke Blitar, kota kelahiran presiden pertama Indonesia. Setelah kediri dan blitar, kami pergi ke Kota Batu. Perjalanan penuh ambisi, entah untuk apa.
Kondisi badan dan emosi saya yang tidak stabil mengacaukan perjalanan kami. Di batu bertemu dengan singgih dan datang kak ariz yang menyusul dari jakarta. Kami (sarah, nina, kak ariz dan saya) kemudian melanjutkan perjalanan menuju jember.
Rencana perjalanan yang seharusnya membawa kami menuju sebuah pantai di Jember urung dilaksanakan dan mengalihkan destinasi menuju Bondowoso.
Keesokan harinya kami bertiga berangkat menuju Banyuwangi menggunakan bus untuk selanjutnya menumpang kapal ferry menuju Bali sementara kak ariz kembali ke Jakarta.
Kami sampai di Bali sekitar jam 10 malam dan langsung mencari penginapan. Berkeliling kuta hingga dini hari dan siang hari, berkeliling pasar seni dan legian. Perjuangan berharga kami rasakan saat berjalan ribuan langkah mencari masjid di tengah hiruk pikuk keramaian.
Kediri, Blitar, Batu, Jember, Bondowoso, menyebrang ke Bali kemudian kami kembali ke Jember. Bermalam satu hari sebelum menuju Surabaya dan pulang menuju Jakarta.
Awalnya tiket kereta api menuju surabaya sudah dipesan namun batal karena kami bertengkar dan menangis semalaman. Kami melanjutkan perjalanan menuju surabaya menggunakan bus dan berpisah dengan nina di terminal surabaya.
Saya dan sarah melanjutkan sisa-sisa akhir perjalanan dengan berkeliling kota Surabaya dan bertemu dengan mentari nurinda.
Sebuah catatan singkat dari perjalanan panjang tanah timur jawa dan bali.
Selamat jalan, dan..
Terima kasih banyak, matahari.
Tanah Timur Jawa - Bali, 2013