SOCIAL MEDIA

Di ngaji kitab yang saya ikuti, ustad bertanya pada kami saat itu, bagaimana sikap kita terhadap kematian, setelah kami membahas tentang talqin mayit di kitab maslakhul akhyar karya habib utsman bin yahya, jawaban saya ketika itu : pasrah karena kita tidak tau persis kapan kematian akan tiba. 

"Kita masuk surga bukan karena kuantitas amal kita, meskipun amal kita sedikit tapi itu dicintai Allah, itu sudah cukup" ujar ustad. Banyak dari kita ingin lari dari kematian, sibuk bekerja, sibuk pada urusan diri sendiri tanpa berpikir kematian selalu ada di dekat kita.

Tak jarang kita juga takut pada kematian, merasa belum siap, merasa bekal belum cukup, takut. Padahal seharusnya kematian diiringi dengan perasaan gembira karena bertemu dengan-Nya. Tapi memang kebanyakan dari kita seperti itu, ingin hidup tanpa masalah padahal hidup di dunia memang harus menghadapi masalah. Menyikapi kematian seharusnya membuat kita merenungkan kembali amalan apa yang Allah sekiranya senang kemudian kita dapat menghadapi kematian juga dengan senang. 

Jika esok hari saya meninggal dunia,
 
- I made many mistakes and hurt others. I beg your forgiveness.
- Tidak perlu tahlil, cukup jalankan hak-hak mayit yang wajib. Yang hidup harus tetap melanjutkan hidupnya.
- Sudah daftar haji reguler, kalau ga sampai umurnya tolong disampaikan ke ahli waris.
- Oh ya, terlepas dari perbedaan pendapat dari para ulama, kornea saya didaftarkan di Lions Eye Bank Jakarta. Tolong ingatkan keluarga.

Wasiat

January 5, 2023

Allah says :

كل نفس ذائقة الموت


means – "Every soul shall taste death" (surah 3: verse 185)

Pandemi covid-19 yang sudah berlangsung 2 tahun ini begitu banyak kehilangan yang terjadi, kehilangan materi, kehilangan pekerjaan, juga kehilangan orang-orang terkasih. Sepupu saya yang berumur 15 tahun mendengar kabar ibunya meninggal dunia ketika ia masih berada di kereta api dari stasiun Klaten menuju Jakarta, ia memeluk luka dan dukanya seorang diri. Ia sama sekali tak menangisi ibunya dalam perjalanan, ia menggunakan seluruh energinya untuk tampak kuat hingga akhirnya kekuatan dan pertahanannya runtuh di jam 3 pagi begitu sampai di rumah. Ia melihat jenazah ibunya untuk yang terakhir kali, jenazah ibunya terlihat menengok ke sebelah kanan dan tersenyum. Ia menangis gemetar, ibunya kini tak ada lagi memanggilnya dengan sebutan 'le', menemaninya mengurus urusan sekolah, bertanya sudah makan atau belum, juga tak melihatnya masuk perguruan tinggi. 

Beberapa bulan sebelumnya, sepupu saya yang lain, usianya masih 12 tahun, ia juga kehilangan ibunya. Ayahnya kini sakit-sakitan, duka yang datang beruntun setelah sebelumnya kehilangan kakek kami kemudian ibunya. Ibu saya sempat pingsan saat itu, tak kuat menanggung sedih dan kehilangan yang memang harus kami terima. 

Sebenarnya, tahlil ini terlepas dari perdebatannya, bagi keluarga yang sedang berduka selain sebagai cara untuk mengirim doa, mengulang dzikir, juga sebagai penghiburan supaya kita keluarga yang ditinggalkan gak merasa seorang diri, pelayat yang hadir, ada untuk menemani masa transisi berduka sebelum rumah terasa sepi.
 
Ambisi dan keinginan dunia yang tak ada habisnya, tak bernilai apa-apa ketika kematian tiba. Pandemi ini membuat kita melihat siapa yang lebih mementingkan egonya, tak peduli orang lain kelimpungan mempertahankan hidup di tengah pandemi. Sudah lama enggan berharap apa-apa pada orang lain.
 

Pandemi dan kehilangan

January 29, 2022

Jadi santri soul pesantren dan belajar ngaji lagi mulai Ramadan ini via zoom.

Juga belajar morfologi linguistik dan ngaji kitab kuning.
 
Bogor, 8 Ramadan 1442 H

Belajar ngaji lagi

April 20, 2021

Tidak semua pertemanan berlangsung selamanya, dan tidak apa-apa. Tapi saya berharap, saya bisa berbuat sebaik mungkin pada orang-orang yang berarti di hidup saya. Siapapun yang masih bertahan. Terima kasih.

Friends

March 25, 2021

Setelah menginjak usia dewasa, saya hanya pernah vaksin meningitis meningokokus ketika akan melaksanakan ibadah umroh yang tercantum di buku kuning dan digunakan sebagai syarat pembuatan visa umroh ke Arab Saudi.

Lalu, vaksin pranikah apa itu? 

Bahasa mudahnya adalah vaksin yang dilakukan sebelum menikah. Ada banyak jenis vaksin untuk dewasa dan tidak akan saya bahas secara detail. Vaksin pranikah bagi saya sendiri merupakan strategi melindungi diri.

Loh buat apa? 

Karena cinta saja tidak cukup para pembaca sekalian. 

Begini, ini semua adalah pilihan dan apapun yang dilakukan di hidup kita adalah tanggung jawab kita sendiri. 

Sebelum menikah, menurut saya pribadi selain ilmu dan finansial, mental dan fisik juga perlu dipersiapkan. Persiapan fisik diantaranya dengan mengetahui kondisi kesehatan baik diri sendiri maupun pasangan masing-masing. Ada pilihan premarital check up berupa rangkaian pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pasangan sebelum menikah. Saat itu, setelah berdiskusi pertama-tama saya melakukan konsultasi terlebih dahulu ke obgyn (dokter spesialis kandungan dan kebidanan) di RS Sentra medika Cibinong. Membuat janji melalui telepon dan datang ke rumah sakit keesokan harinya.

Sebenarnya ada tes kesehatan yang dibalut dalam paket pranikah yang biasanya ada di rumah sakit,

1. Tes Darah (HB, Trombosit, Analisa Hemoglobin, HbsAg, Leukosit, dll).

2. Golongan darah dan rhesus. Karena saya sudah tahu golongan darah dan rhesus saya, ini saya lewati. Pemeriksaan rhesus ini penting jika pasangan memiliki rhesus yang berbeda, misal beda benua.

3. HIV/ AIDS. Kalau sudah aktif secara seksual, tes ini wajib dilakukan. 

Ada beberapa rumah sakit juga yang menyediakan paket lengkap pra nikah dengan tes panel TORCH untuk mendeteksi adanya Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus/CMV dan Herpes Simplex. Surat rekomendasi untuk tes panel TORCH ini bisa dikonsultasikan langsung ke obgyn, karena untuk ke laboratorium biasanya butuh surat rekomendasi dari dokter.

Di obgyn, saya melakukan tes ultrasonografi/USG untuk melihat adanya kista, mioma, tumor atau kelainan pada rahim. Biayanya sekitar 150 ribu rupiah belum termasuk konsultasi, ini harga di bulan oktober tahun 2019. Menurut dokter, rahim saya dalam keadaan baik dan tidak ada tanda-tanda kista mioma, tumor atau kelainan rahim lainnya.

Sekarang balik lagi ke vaksin pranikah,

Vaksin pranikah yang direkomendasikan oleh KUA biasanya vaksin TT (Tetanus Toksoid) untuk melengkapi dokumen persyaratan sebelum menikah dan bisa dilakukan di puskesmas terdekat dengan BPJS, Biayanya gratis. 

Vaksin lain yang direkomendasikan dilakukan sebelum menikah / aktif secara seksual adalah :

- Vaksin Hepatitis B

- Vaksin MMR

- Vaksin Varicella

- Vaksin HPV

Karena pada saat itu, ketersediaan vaksin Hepatitis B di rumah sakit yang saya kunjungi sedang kosong. Akhirnya saya mengunjungi Rumah Vaksinasi Bogor dan bertanya tentang vaksin pranikah. Dokter jaga serta perawatnya menjawab dengan ramah dan sangat baik.

Akhirnya, awal bulan November 2019 saya melakukan Vaksin Td, Vaksin MMR I, dan Vaksin Hepatitis B I di kedua lengan saya. Satu di lengan kanan atas dan dua di lengan kiri atas. 

Sebelumnya bisa konsultasi terlebih dahulu ke dokternya mau vaksin apa saja. karena ada beberapa vaksin yang tidak boleh digabung atau harus menunggu satu bulan setelah vaksin pertama dan vaksin yang setelah diberikan tidak diperbolehkan hamil setelah 1 bulan vaksin. Karena tidak semua imunisasi dapat diberikan kepada ibu hamil. Berikut rincian vaksin pranikah yang saya lakukan :

Vaksin Td (Tetanus Difteri) dewasa

Vaksin Td ini dapat diberikan kepada remaja dan dewasa untuk mencegah tetanus dan difteri. Kalau vaksin untuk anak-anak biasanya vaksin DPT atau DTP dan ketika dewasa bisa diberikan vaksin Td atau Tdap. Biaya sekali vaksin Td untuk dewasa di awal bulan November tahun 2019 adalah Rp 150.000,-.

Vaksin MMR (Measles, Mumps, dan Rubella) dewasa

Vaksin MMR untuk dewasa diberikan sebanyak dua kali dengan jeda waktu minimal 1 bulan. Vaksin ini digunakan untuk melindungi tubuh dari penyakit campak, gondongan dan rubella. Biaya sekali vaksin MMR untuk dewasa di awal bulan November tahun 2019 adalah Rp 475.000,- . Karena ada 2 kali suntik vaksin MMR. Maka total biaya vaksin MMR I dan II dewasa adalah Rp 950.000,-.

Vaksin Hepatitis B dewasa

Vaksin Hepatitis B digunakan untuk pencegahan penyakit Hepatitis B. Vaksin ini diberikan sebanyak 3 kali dalam periode 6 bulan. Jeda pertama adalah satu bulan, karena saya suntik vaksin Hepatitis B yang pertama di awal bulan November 2019, Vaksin Hepatitis B II saya lakukan di bulan Desember 2019 dan vaksin Hepatitis B III saya lakukan di bulan Juni 2020. Vaksin yang digunakan adalah Euvax-B Adult dengan biaya Rp 275.000,- untuk sekali vaksin. Total biaya vaksin Hepatitis B I, II, dan III dewasa adalah Rp 825.000,-.

Vaksin Varicella dewasa

Vaksin Varicella digunakan untuk mencegah cacar air. Setelah melakukan vaksin cacar air tidak diperbolehkan untuk hamil dalam waktu 1 bulan setelah pemberian vaksinasi. Vaksin cacar air saya lakukan di akhir bulan November 2019 dan bulan Januari 2020. Vaksin yang digunakan adalah varivax dengan biaya Rp 675.000,- untuk sekali vaksin, sehingga total biaya vaksin varicella dewasa adalah Rp 1.350.000,-.

Vaksin HPV (Human Papilloma Virus)

HPV adalah penyebab utama kanker serviks pada perempuan terutama HPV tipe 16 dan 18 serta sering juga dihubungkan dengan beberapa jenis kanker lain. Vaksin HPV ini berisi virus like protein yang diharapkan dapat memberikan respon antibodi yang dapat menetralisir infeksi HPV sesuai dengan tipe HPV yang ada dalam vaksin. Jenis Vaksin HPV yang tersedia di Rumah Vaksinasi Bogor adalah Gardasil, jenis quadrivalen (HPV tipe 6, 11, 16, 18). Vaksin HPV diberikan sebanyak 3 dosis serial selama 6 bulan. Vaksin HPV bisa langsung diberikan tanpa skrining/pap smear bagi yang belum aktif secara seksual sedangkan bagi yang sudah menikah atau sudah aktif secara seksual dapat melakukan skrining/pap smear terlebih dahulu. Vaksin ini dapat diberikan mulai usia 12-55 tahun (PAPDI).

Saya baru mulai vaksin HPV I di awal tahun 2020, HPV II satu bulan berikutnya, dan baru menyelesaikan vaksin HPV III di pertengahan tahun 2020 (dibolehkan maksimal 1 bulan keterlambatan dari dosis sebelumnya dengan konsultasi ke dokter terlebih dahulu). Biaya untuk sekali vaksin HPV adalah Rp 950.000,- sehingga total biaya vaksin HPV I, II, dan III adalah Rp 2.850.000,-



Maka, selesai sudah rangkaian vaksin pranikah dengan total biaya Rp 6.125.000,- belum termasuk biaya admin dan alat kesehatan karena di masa pandemi covid-19, biaya surat keterangan yang bisa digunakan sebagai pelengkap dokumen persyaratan sebelum menikah di KUA, serta biaya premarital test di Rumah Sakit.

Di tengah-tengah rangkaian vaksin ini, drama lainnya adalah ia brengsek. Dan kata itu sudah cukup mewakili dirinya.

Bogor, Agustus 2020

Vaksin Pranikah dan drama lainnya

August 24, 2020

Di ingatan saya, almarhum sedang mengingatkan saya sewaktu saya lupa membaca Nun ‘Iwadh (nun kecil yang dibaca dengan harakat kasrah) ketika mengaji sebelum kami bekerja. Ia kemudian mengoreksi bacaan tilawah saya. 

Foto kang irfan (pakai syal di leher) di kamera saya tahun 2015

Saya sedang dalam perjalanan setelah mengunjungi kerabat di semarang ketika saya membaca link tautan donasi untuk kang irfan yang terkena kanker limfoma sel-T di internet. Saya lantas mencari tau dan ia memang kang irfan yang saya kenal. Sempat berencana menjenguknya dan menghubungi istrinya ketika masih dirawat di salah satu rumah pengobatan di Tangerang, namun karena rem mobil yang blong, rencana tersebut saya undur satu hari dan keesokan harinya kang irfan ternyata sudah kembali ke Bandung.

Berselang satu minggu, kang irfan berpulang (11/7). Ingatan tentang Nun ‘Iwadh masih terngiang. Semua kebaikannya, semua hal-hal berkesan yang pernah ia lakukan. Kenangan baik tentangnya sudah tentu juga membekas di semua orang yang mengenalnya. 


Kematian layaknya kawan akrab yang berlaku pasti. Ia amat dekat. Walau kita berupaya lari darinya, ia tetap akan merengkuh kita dalam pelukannya. Kematian yang layaknya kawan akrab ini juga mengingatkan saya sekitar satu tahun lalu, satu minggu sebelum Ramadhan. Seorang teman (almarhumah) mengantar saya hingga saya benar-benar hilang dari pandangannya.

"Hati-hati di jalan teh" ucapnya tepat di depan pintu ketika mengantar saya yang akan masuk ke mobil. Kata-kata terakhir yang saya dengar itu seolah menemani saya sepanjang perjalanan. Ia sama sekali tak beranjak dari tempat kami berpisah ketika saya menoleh ke belakang. Sebelumnya ia memeluk saya erat sekali. Peluk dan pertemuan yang tak saya sangka menjadi yang terakhir kalinya.

Tak hanya pada terminal, bandar udara, pelabuhan, maupun stasiun, kita kerap mengantar pergi dan menyambut pulang. Di depan pintu rumah, pintu tempat kita bekerja, kendaraan atau tempat-tempat usai kita bertemu dengan seseorang, kita mengantar pergi dengan memandangi punggungnya yang semakin menjauh, juga mengingat wangi parfum dari pewangi pakaian yang kita tau betul siapa pemiliknya. 
Begitu banyak kenangan yang kita lewatkan. Di poin ini, saya bisa saja salah. Sebab banyak kenangan yang kita harap terkubur dalam-dalam.

Pada akhirnya, kita harus menerima bahwa kepergian memang harus dihadapi. 

"Allahummaghfir lahu warhamhu wa 'aafihi wa'fu 'anhu. Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya, kasihanilah ia, lindungilah ia dan maafkanlah ia".
Semoga Allah senantiasa melindungi dan memberi kesabaran kepada keluarga yang ditinggalkan.

Bogor, Juli 2017

Kematian yang akrab

July 12, 2017

Sumber foto: disini

Tahfizhul Qur'an
Kuningan, 2 Rabbi'ul Tsani 1438 H


Januari 2017

January 3, 2017

#CoralAdoption Pantai Pandawa, Bali
#CoralAdoption Tulamben, Bali
Dokumentasi : Earth Hour Denpasar

#CoralAdoption

October 1, 2014

Anakku nanti,
Kulihat rambutnya sebahu, memakai pita merah hati, menggandeng tanganku menunjuk pada buku cerita yang ingin ia beli.


Pesta buku di kota ini memang tak seramai dan sebesar pesta buku di ibukota. Imaji membawa saya pada masa kolonial di saat gedung yang saya datangi beberapa waktu lalu, gedung rancangan Schoemaker yang dibangun tahun 1922 yang kini dikenal dengan nama landmark braga dahulu berfungsi sebagai sebuah toko buku yang bernama Van Dorp.

Entah seperti apa suasana toko buku ini di masa lalu. Di seberang toko buku adalah pasar bunga. Buku, bunga, dan diskusi ringan diantaranya. Jalan Braga di bayangan saya tampak sempurna.

Ia matari,
dua tahun dua bulan usianya. sedikit-sedikit meminta diceritakan cerita yang baru. sakadang peucang jeung sakadang kuya, ande-ande lumut, timun mas, atau sekedar cerita tentang mengapa matahari terbit di pagi hari dan terbenam di sore hari.


Dua buku bekas dengan diskon tujuh puluh lima persen saya bawa pulang hari itu dari pesta buku di landmark braga. Uang yang seharusnya saya pakai untuk mengisi perut terpakai untuk membeli buku-buku lawas yang menarik perhatian. Menunda lapar demi kesenangan.

Ia matari,
sehangat pagi, rambutnya sebahu, memakai pita merah hati, menggandeng tanganku menunjuk pada buku cerita yang ingin ia beli.



Matari

September 16, 2014

“Bu, rumah saya dekat sini. Pulang sekolah nanti, saya ajak jalan-jalan ibu ya”

“Ibu mau ke pantai?”

“Bu. Nanti main lagi ya..”


Suara anak-anak itu masih terngiang di kepala meski sudah satu tahun berlalu. Saya masih ingat setiap malam sebelum tidur, setelah mempersiapkan data dan keperluan untuk pekerjaan saya esok hari. Lantas saya berpikir, jika saya tak ditempatkan di kota ini dan tetap pada alur orang-orang kebanyakan. Akankah saya belajar banyak tentang manusia? Akankah saya belajar bahwa hati manusia tak bisa diduga?

Giri lusi, jalma tan kena kinira.

Giri lusi, jalma tan kena kinira

July 15, 2014

Jika kehilangan dianggap tak pernah ada. Mungkin mereka tidak benar-benar tahu bagaimana rasanya bangkit dari luka itu berlangsung cukup lama.





...sabar itu adalah satu yang dengan ketegaran, tidak frustasi untuk tetap menuntut...~Munir. 
Jangan diam! lawan!

Tentang @aksikamisan bisa dibaca di: http://www.kontras.org/index.php?hal=kamisan
-aksi kamisan ke-355. Jakarta, 12 juni 2014-

Aksi Kamisan ke-355

June 12, 2014

Sampai jumpa lain waktu dan lain tempat dear @kedaikojo.



Vietnam drip yang sering dibuatin sama kang dhika.



Kang angga
Uno!
Tempat yang menyenangkan bagi anak-anak
Tempat yang nyaman bertukar ide

Bogor Berkebun
Piknik
@travellerkaskus @rahung

Kedai Kojo

December 28, 2013

"Bali asik banget kalo hujan, kayak bogor. tadi gw nyasar dong mau ke central parkir dari kuta" Isi sms saya pada fahri di hari kedua saat saya berada di bali. 

F : "Ini kayaknya bali sedih gegara lo dateng deh :))" 
A : "Jimbaran hujan deres banget"
F : "Udah kemana aja? Ini seriusan, bali tumben hujan lho"
A : "Tumbennya itu emang jarang banget?"
F : "Jarang yuk. tergantung tingkat keresahan jomblo"

Bali, Pertengahan bulan november 2013.
Jimbaran. Tak biasanya seteduh ini. 

Dua hari berselang, saya menghubungi fahri kembali.
"Gw udah di commday horreee :D"

Bali Community Day, Kertalangu, Denpasar.

Matahari sedang semangat siang itu menyapa bali. Menyimpan tas di belakang panggung, melihat sekeliling, saya berdiri di depan kain putih berisi tanda tangan pengunjung bali community day saat itu. Fahri menghampiri dan menyapa saya

Saya tak mengenalnya sebelumnya. Sosok ikal dan bertubuh besar ini seharusnya pernah saya ingat ketika sama-sama hadir di acara studentxceo summit tahun 2012 di ITB. Saya yang mewakili komunitas saya untuk presentasi kala itu tidak sepenuhnya mengikuti rangkaian acara dan memilih mencari tempat makan di luar ITB usai presentasi.

Karena sebuah pertemuan dengan mentari nurinda saat melakukan perjalanan tanah timur jawa-bali itulah kemudian melalui dunia maya saya diingatkan kembali pada sosoknya yang pernah saya kenal namanya tapi tidak dengan orangnya. 

Saya lantas menghubungi mentari nurinda bertanya soal fahri dan niatan saya yang hendak ke bali. Fahri lahir dan tinggal di bali, di tahun 2013 ini ia adalah kepala sekolah Akademi Berbagi chapter Bali. 



Ketika saya hendak pamit dan akan menuju gianyar, kami sempat mengobrol di sisi kiri panggung.. "Lo ternyata kecil yah?" ia lantas membandingkan tinggi dan postur badannya yang lebih besar dibandingkan saya.

Meski ia tak bisa menemani saya selama di bali. Saya berterima kasih banyak karena ia rela meluangkan waktunya di hari kerja menunggu saya, duduk manis sejam di bandara hanya untuk memberi buah tangan yang banyak ini. Ditunggu di Bogor pak! :))


Kertalangu, 2013

Fahri Bakhar

November 22, 2013

Saya tiba di Gianyar, setelah berada seharian di desa budaya kertalangu. Diterima dengan baik oleh salah seorang pemahat asli Bali. Saya memanggilnya wi dan lupa namanya ._. Wi (Kakak/abang dalam bahasa bali).

Menginap dua malam di rumahnya. Seperti tak habis-habisnya saya disuguhi makanan khas Bali. Sate lilit, lawar sapi, dan beberapa makanan ringan/ jajanan khas bali. Terima kasih banyak wi!

Sate lilit
Lawar sapi


Wi ada di sisi kiri rumah sedang memahat patung
Sanggah




Gianyar, 2013

Gianyar - Bali

November 20, 2013